Rasa Kagum Adalah Awal Dari Cinta - Cerita Cinta Edo Bagian 4

Rasa Kagum Adalah Awal Dari Cinta - Cerita Cinta Edo Bagian 4

Dalam setahun Edo mempersiapkan diri untuk segera pindah ke tempat yang baru, meninggalkan berbagai kenangan yang dilaluinya. Di tempat barunya Edo merasa lebih tenang hingga suatu ketika ada pesan masuk tertulis maaf dan ternyata dari Dini. Untuk beberapa waktu Edo teringat beberapa hal yang Dini lakukan padanya. Setiap Dini ingin ngobrol tentang perasaan, langsung Edo alihkan kebahasan lain atau diam. Lama lama Dini menyadari Edo bukanlah Edo yang dulu, dia benar benar sudah ingin melupakannya.

Waktu berlalu, dan ada yang memberitahu Edo kalau ibunya Dini sakit dan butuh rawat inap. Edo tidak mungkin menghubungi Dini langsung. Maka Edo mencari akun sosmed teman Dini dan teringat sama Nanda. Setelah ketemu, Edo PM Nanda dan menanyakan keadaan ibunya Dini. Awalnya Nanda tampak ketus ke Edo, namun setelah tahu alasan Edo dia cerita semua. Mungkin selama ini Nanda salah tidak mengenal Edo sepenuhnya hanya menilai dari sosmednya.

Edo akhirnya mengajak ketemuan Nanda. Di luar dugaan Nanda, Edo memberikan sejumlah uang yang bisa dipakai ibunya Dini. Syarat dari Edolah yang membuat Nanda merasa dirinya benar benar selama ini tidak mengenal Edo. Edo meminta jangan sampai ada yang tahu kalau uang darinya. Nanda setuju dan membuat rencana agar Dini mau menerima uang tersebut. Nih dapat titipan dari pacarmu Din, dan Nanda mnghubungi pacaranya Dini, kalau tanya uang diiyain saja kalau darinya. Akhirnya urusan rumah sakit kelar, ibunya Dini benar benar beranggapan bantuan itu dari pacar Dini. Syukur Din kita dapat bantuan dari pacarmu, kalau kamu masih sama Edo tidak mungkin ada bantuan begini, orang pengangguran begitu.

Nanda yang mendengar ucapan ibunya Dini ingin mengungkapkan kebenaran uang tersebut. Namun karena sudah janji ke Edo maka dipendam saja. Dini sangat senang karena ibunya sudah bisa pulang sehingga ada sedikit waktu luang buat pacaran. Namun masalah belum selesai, ibu nya Dini harus rawat jalan dan tiap beberapa hari wajib periksa. Entah apa yang dipikirkan Nanda sehingga menghubungi Edo dan menceritakan tentang rawat jalan ibunya Dini.

Edo mengajak Nanda untuk bertemu kembali. Lagi lagi diluar dugaan Nanda, Edo menawarkan sebuah rumah kontrakan yang cukup dekat dengan rumah sakit dan memberikan kunci kepadanya. Kembali lagi Edo berpesan pada Nanda jangan sampai pada tahu siapa yang memberikannya. Nanda setuju, namun hati Nanda bergejolak, bagaimana mungkin orang yang dulu aku benci ternyata sebaik ini. Tak terasa air mata Nanda menetes ingat kelakuannya dulu kepada Edo, dia secara tak langsung menjadi salah satu yang membuat Edo sakit hati sebagai jalan perselingkuhan Dini dengan pacar pacarnya.

Hei, kenapa nangis? tanya Edo. Bang, maafin aku ya, hubungan abang dengan Dini hancur dan aku malah mendukungnya, kata Nanda sambil terisak. Sudah tidak usah difikirin, hubungan aku dengan Dini murni kesalahanku, aku tidak bisa mengerti kemauan Dini, dan Dini bisa mendapatkan itu dari orang lain, jadi hak Dini juga untuk memilih yang dirasa terbaik baginya, jelas Edo. Nanda makin merasa bersalah mendengar jawaban Edo. Baru kali ini Nanda ketemu cowok yang seperti Edo.

Rumah kontrakan pemberian Edo akhirnya ditempati juga dan ternyata semua sudah dipersiapkan rapi. Ketika ibunya Dini bertanya ini rumah siapa?. Punya teman aku mak, dia pindah kontrakan dan rumah ini kosong, daripada nganggur dipinjemin ke aku pas cerita ke dia, jawab Nanda. Oh begitu, sampaikan terima kasih padanya ya, kata ibunya Dini. Oke mak, yang penting mak harus lekas sembuh, kata Nanda. Iya, mak istrirahat dulu ya, capek diperjalanan, Dini kemana kok tidak kelihatan? tanya ibunya Dini. Tadi katanya mau keluar sebentar sama pacarnya, jawab Nanda. Oh ya sudah, mak mau tidur dulu. Nandapun menyelimuti ibunya Dini, dan pergi ke kamar Dini.

Bang, rumah sudah ditempati, dan ibunya Dini sudah tidur, pesan Nanda ke Edo. Syukur deh, semoga nyaman, tidak ada AC nya sih hihihi, jawab Edo. Ini saja dah lebih bagus dari kos aku bang. hahaha jelas dong bekas kontrakan siapa dulu, canda Edo. Iya iya, punya bang Edo yang cakep, candaan Nanda. Akhirnya kamu mengakui kecakepanku hahaha. huuu, itu boong week. Hahaha akuin saja deh, eh iya jangan sampai kamu menyinggung namaku di depan keluarga terutama Dini. Oke abang jeleeek.

Edo lega, merasa beberapa masalah selesai terutama dengan Dini. Edo kembali kerutinitas tiap harinya di depan komputer. Bang lagi ngapain? tanya Nanda lewat WA. Biasa pengangguran, main main di depan komputer. Paling sibuk streaming film bf, canda Nanda. Kok tahu, nih lagi puncak puncaknya, hahah. Abaaang, smile marah. hahaha, jawab Edo. Bang, ini mau ke tempat Dini, kayaknya mak dah sembuh, ada pesan, kangen mungkin hahaha. Tidak perlu, cukup tahu begini saja sudah lega, bantu jagain juga ya Nan, jawab Edo. Siap abang jeleeek.

Beberapa hari Nanda seperti menghilang. Edopun masih sibuk dengan urusannya, hingga ada pesan masuk dari Nanda yang mengajak ketemuan dengan alasan nyerahin kunci kontrakan. Edopun menyanggupi, dan janjian ketemu di tempat yang Nanda pilih. Hai, gertak Edo. Nanda kaget karena terlalu sibuk dengan ponselnya, ih abang, jahat banget siiih. Ya maaf, makanya jangan sibuk terus dengan ponsel. Kayak kamu tidak begitu kalau sama komputer, bang bang. Masak sih, goda Edo. Yeee, eh mau makan minum apa bang, tak traktir. Asiik, bisa perbaikan gizi. Jelas lah, masak makan mie instan terus, sindir Nanda.

Eh iya, ini kuncinya, baaang, eh bang moleng saja nyari apa, Dini? Dini tidak ikut, cuman kita berdua, canda Nanda. Tidak sih, cuman heran saja aku belum pernah makan di tempat beginian. Jalas lah kalau itu, paling abang juga makan di kamar, pesan online. Cieee mulai perhatian sama aku nih, hahaha, canda Edo. Yeee, pede. Pesanan dah datang Edo dan Nanda langsung memakannya. Nan, gimana kabar Dini? masih pacaran sama yang dulu?. Dah ganti bang, sekarang sama teman sekampusnya. Lho ganti lagi? tidak kapok kapok tuh anak, dah tak bilangin dulu jangan cepat jatuh cinta masih saja diulangin. Cie masih perhatian nih, cemburu ya bang hahaha, candaan Nanda. Tidak sih, cuman kecewa saja, dia tidak bisa mengerti yang aku maksud. Dini memang gitu bang, dan aku yakin abang juga tahu sifatnya gimana. Iya sih cuman apa tidak bisa mengendalikan diri, kamu juga sekampus dengan Dini, Nan? . Yeee abang ini, tidak lah, makanya bang kalau stalking jangan Dini saja, tuh sosmed ku juga dilihatin. Cie cie cemburu minta diperhatiin hahaha. Ah abang jeleeek, tampak Nanda malu. Dah sore pulang yuk bang. Bentar Nan, mau ke toilet dulu. Oke tak tunggu. Edopun bergegas dan rupanya bukan ke toilet namun ke kasir. Setelah selesai, langsung menuju ke Nanda dan ajak pulang. Nanda menuju ke kasir, untuk membayar pesanannya, sudah dibayar mbak, Nanda langsung melihat Edo, dan Edo tersenyum. Ayok pulang, sambil memegang pundak Nanda. Makasih bang, kapan kapan traktir lagi ya, maklum mahasiswa hahaha. Oke siap, tapi jangan banyak banyak, entar aku bangkrut hahaha. Oke, sampai jumpa bang. Iya sama sama. Akhirnya Edo dan Nanda berpisah di parkiran.

Sampai juga Edo di rumah, bergegas hubungin Nanda. Dah sampai rumah? tanya Edo via WA. Sudah bang, Nanda heran dengan pesan Edo, sederhana namun merasa diperhatikan, sambil senyum senyum membalas pesan tersebut. Syukur deh, met aktifitas. Iya sama sama bang, makasih traktirannya.

Nanda sibuk dengan berbagai tugas kuliahnya dan Edo pun begitu. Nanda dan Edo jadi jarang komunikasi dan seperti hilang begitu begitu saja. Pas semua tugas selesai Nanda hubungi Edo. Bang ada waktu senggang tidak? . Aku sih kapan saja senggang maklum pengangguran. Yee, makanya cari kerja, biar dapat cewek. Maunya sih gitu cuman enak jadi pengangguran saja hahaha. Dasar pemalas, bang hari minggu kita main yuk ke puncak. Ngapain sewa villa ? hahaha. Yeee pikiran ngeres saja. Hahaha biarin, candaan Edo. Mau refrashing bang, kemarin kemarin banyak tugas pusing dan pegal semua, tapi sekarang sudah selesai. Makanya kerjain tugas disini, entar tak bantuin. Maleees, cuman berdua entar aku diapa apain lagi, canda Nanda. Maunya sih gitu, hahaha. Yeee, dasaar piktor. Emang mau kemana? tanya Edo. Enaknya kemana bang?. Mana aku tahu, tidak pernah main keluar. Oh, ya sudah kita ngadem di kebun teh saja. Oke, aku dijemput atau kamu yang jemput. Yeeee, sama saja, oke deh Minggu aku kesitu.

Sampai di rumah Edo, Nanda langsung ketok pintu dan ternyata Edo masih tidur, Bang Edooo, hoooi banguuun.. Akhirnya Edo bangun karena kaget mendengar teriakan Nanda, dan bergegas membuka pintu. Nanda hari itu dandan dan tampil lebih cantik, tidak seperti biasanya. Nanda kaget karena Edo cuman koloran dan lusuh. Ya ampun bang, kita kan dah janji, harusnya cowok yang nungguin ini malah kebalik. Yayaya jawab malas Edo. Sana mandi, suruh Nanda. Sambil nunggu Edo selesai dia ngeliatin apa saja yang ada di rumah tersebut, tidak ada satupun foto cewek terlihat. Sebenarnya Nanda penasaran ada tidak foto Dini, namun setelah mencari tidak menemukannya.

Edo sudah siap dan akhirnya mereka berdua menuju puncak untuk ngerasain ademnya udara disana. Sampai di sana, pemandangan cukup bagus, masih berkabut, dan yang paling tidak enak adalah nonton orang pacaran. Disudut sudut kebun teh pasti ada saja pasangan yang asik mesra, pingin tidak begitu, candaan Edo ke telinga Nanda. Yeee maunya, sambil mendorong lengan Edo. Bang kita lihat disana, Nanda menggandeng Edo. Sampai ditempat yang dituju, Nanda pingin di foto, berbagai pose dilakukan. Akhirnya nanda minta foto berdua, dan diiyakan sama Edo. Hari itu Nanda cukup senang, walau merasa lelah. Tapi pergi dengan Edo ternyata tidak seperti yang dia bayangkan, dulu Dini sering cerita kalau Edo tidak pernah mengajaknya kemanapun, dan Nanda saat itu menambahkan, lelaki macam apa itu, masak pacaran tidak kemana mana.

Hari itu benar benar Nanda merasa salah menilai lagi tentang Edolagi. Dan Nanda merasa bersalah padanya, tanpa sadar air matanya mengalir kembali, sambil melihat lihat foto dia dengan Edo sampai terlelap. Kembali lagi Nanda menjalani rutinitas perkuliahan. Sampai akhirnya dia dapat tugas dan butuh barang sebagai alat praktik. Bingung harga yang cukup tinggi buat anak kuliahan, paling tidak harganya 300an ribu. Entah kenapa Nanda kepikiran meminta bantuan Edo, bang bisa bantu tidak beliin alat ini buat tugas kuliah, entar aku gantiin deh. Oh, ini, oke entar aku orderkan. Beneran bang? makasih ya. Iya, emang aku pernah bohong, tunggu saja. Akhirnya barang yang dibutuhkan Nanda datang juga. Lega rasanya tugas kuliah sudah selesai.

Bang, makasih ya bantuannya, tugas kuliah dah selesai, tapi gantinya entar awal bulan ya, soalnya sekarang lagi bokek belum ada uang. Tidak perlu diganti, anggap saja itu investasi amalku :p. Tidak ah, tetep tak ganti. Kok maksa, entar kalau kamu ganti, setelah itu aku tidak mau bantu lagi. Jangan begitu lah bang, tidak enak aku. Ya terserah sih masih ingin bantuan aku atau tidak. Oke deh oke aku ngalah, makasih bang Edo jeleeek. Sekali lagi Nanda seperti baru mengenal Edo. Orang yang dulu dia kira pelit karena tidak pernah memberikan apapun ke Dini, malah dengan entengnya melepas uang segitu, dan Nanda pun jadi teringat masalah ibunya Dini.

Rasa Kagum Adalah Awal Dari Cinta - Cerita Cinta Edo Bagian 4 Komentar